Berdasarkan data hingga Minggu, 2 Agustus 2020, kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 111.455 orang dengan
68.975 orang sembuh dan 5.236 orang meninggal.
Presiden Joko Widodo |
Jakarta, JurnalSulut.Com - Presiden Joko Widodo kembali menggelar rapat terbatas yang
membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional bersama jajarannya
di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020.
Dalam rapat tersebut,
Presiden memberi dua arahan yaitu yang pertama terkait sosialisasi protokol
kesehatan kepada masyarakat.
“Yang pertama, saya tidak tahu sebabnya apa, tetapi suasana pada
minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi yang
khawatir mengenai Covid-19. Entah karena kasusnya meningkat atau, terutama
menengah atas melihat, karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan
tidak semakin sedikit, tetapi semakin banyak,” kata Presiden.
Berdasarkan data hingga Minggu, 2 Agustus 2020, kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 111.455 orang dengan
68.975 orang sembuh dan 5.236 orang meninggal. Presiden pun menyoroti
persentase angka kematian di Indonesia yang lebih tinggi dari angka kematian
global.
“Kita tahu sampai kemarin sudah ada 111 ribu lebih kasus dengan
case fatality rate 4,7 persen dan angka kematian di Indonesia ini lebih tinggi
0,8 persen dari kematian global. Ini saya kira yang menjadi PR besar kita
bersama. Selain itu juga case recovery rate di negara kita, data terakhir
adalah 61,9 (persen). Ini saya kira juga bagus, terus meningkat angkanya,”
jelasnya.
Oleh sebab itu, Kepala Negara kembali mengingatkan agar penerapan
protokol kesehatan terus disosialisasikan kepada masyarakat. Secara khusus,
Presiden ingin agar sosialisasi tersebut dilakukan secara terfokus dan tidak
dilakukan secara sekaligus.
“Saya ingin agar yang namanya protokol kesehatan, perubahan
perilaku di masyarakat betul-betul menjadi perhatian kita. Saya ingin fokus
saja, seperti yang saya sampaikan yang lalu, mungkin dalam dua minggu ini kita
fokus kampanye mengenai pakai masker. Nanti dua minggu berikut kampanye jaga
jarak atau cuci tangan misalnya,” ungkapnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Presiden ingin agar peran ibu-ibu
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dilibatkan. Menurutnya, jika ibu-ibu
PKK siap, maka mereka bisa menjadi cara yang efektif untuk menyosialisasikan
protokol kesehatan dari rumah ke rumah.
“Saya kira PKK ini juga sangat efektif untuk door to door urusan
masker. Urusan perubahan perilaku betul-betul harus kita lakukan dengan
komunikasi di TV, di medsos, dan lain-lain secara masif dalam dua minggu ini
dengan cara-cara yang berbeda,” imbuhnya.
Arahan kedua yaitu terkait pemulihan ekonomi nasional di mana
Presiden kembali menyoroti masalah realisasi anggaran di kementerian dan
lembaga yang masih minim. Menurut Presiden, dari total Rp695 triliun stimulus
untuk penanganan Covid-19, baru 20 persen atau Rp141 triliun yang terealisasi.
“Masih kecil sekali. Penyerapan yang paling gede itu ada di
perlindungan sosial 39 persen, kemudian program UMKM 25 persen. Hati-hati ini.
Yang belum ada DIPA-nya masih gede banget, mungkin 40 persen-an. DIPA saja
belum ada, bagaimana mau realisasi?”
Presiden menilai hal tersebut disebabkan aura krisis di
kementerian dan lembaga tersebut belum tampak sehingga masih terjebak pada
pekerjaan harian tanpa mengetahui prioritas apa yang harus dikerjakan. Untuk
itu, Presiden meminta Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional agar memerinci urusan tersebut dari setiap menteri terkait.
“Sehingga manajemen krisis ini kelihatan, lincah, cepat,
troubleshooting, smart shortcut, dan hasilnya betul-betul efektif. Kita butuh
kecepatan,” tandasnya.
Sumber: Setpres
Editor: M.Tene